- PDB riil tumbuh sebesar 4,94% YoY di Q3-23, karena pergeseran kalender fiskal (dengan gaji ke-13 ASN yang dibayarkan di bulan Juni, bukan di bulan Juli) menarik sebagian pertumbuhan Q3 menuju Q2. Jika belanja pemerintah diabaikan, PDB sebenarnya tumbuh lebih cepat di Q3 (5,64% vs. 4,77% di Q2).
- Pertumbuhan nominal hanya sebesar 4,52% YoY, disebabkan oleh disinflasi global yang terus berlanjut meskipun menurun terutama dipicu harga komoditas mulai stabil pada Q3.
- FAI tumbuh dengan kuat, mencerminkan minat swasta dan asing yang kuat di beberapa industri, serta dorongan untuk mempercepat proyek-proyek pemerintah sebelum Masa jabatan Pres. Jokowi berakhir.
- Meskipun terdapat tantangan terutama dari inflasi pangan, konsumsi tetap kuat dan siap untuk menikmati dorongan besar dari belanja terkait Pemilu mendatang pada Q4-23 dan Q1-24.
- Sektor produksi barang di Indonesia, termasuk pertambangan, manufaktur, dan konstruksi tumbuh di atas 5% YoY, melawan pergeseran global ke arah jasa. Kekuatan baru ini mungkin menghadapi tantangan dari dorongan manufaktur Tiongkok, yang pada saat yang sama dapat menguntungkan dan mengancam industri dalam negeri.