- Persediaan barang di Tiongkok masih tinggi, akibat permintaan domestik yang baru pulih sebagian dari lockdown, sementara produksi industri – selain sektor terkait konstruksi – nyaris tak tersentuh oleh efek pandemi.
- Lemahnya permintaan domestik Tiongkok berarti persediaan tadi harus dijual dengan harga diskon dan/atau diekspor.
- Artinya, Tiongkok sedang mengekspor deflasi sekaligus memperburuk neraca dagang negara-negara lain.
- Ini artinya, di tengah ketakutan jangka panjang akan inflasi tinggi, dalam jangka pendek ekonomi global akan cenderung mengalami perlambatan PDB dan penurunan inflasi.
- Bagi Indonesia, arus barang impor murah dari Tiongkok efektif menekan inflasi inti, tapi berdampak negatif untuk industri lokal terutama terkait tekstil dan logam.
- Pemulihan Tiongkok pasca-lockdown memicu volume ekspor Indonesia, meski harga komoditas tertekan. Kelebihan suplai batubara dan penurunan permintaan baja konstruksi jadi tantangan bagi eksportir Indonesia di jangka pendek.