- Pasar minyak global mungkin mendekati inflection point. Konsumsi minyak global mulai pulih, terlebih dengan jadwal vaksinasi negara maju yang makin cepat. Sementara, pemulihan pasokan bisa lebih lambat, karena pemotongan produksi OPEC+ (termasuk Rusia) berlanjut pada pertemuan 4 Maret 2021.
- Kenaikan harga minyak diperkirakan bersifat sementara, yakni untuk 1-2 tahun ke depan. Masalahnya, periode 1-2 tahun mendatang menjadi fase yang menantang untuk Indonesia, di mana ada potensi terjadi premature overheating (ekonomi belum 100% pulih, tapi inflasi dan current account deficit/CAD sudah naik duluan).
- Efek pada inflasi boleh jadi terbatas, namun BUMN energi bisa mengalami kerugian. Pada akhirnya, hal ini berpotensi menambah beban fiskal bagi Pemerintah.
- Kenaikan harga minyak diperkirakan dapat memperlebar CAD Indonesia hingga di atas 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini menjadi salah satu faktor yang akan menekan nilai tukar Rupiah pada jangka pendek.
- Harapan utama untuk meredam kenaikan harga minyak adalah kebijakan OPEC+ untuk membatasi pengurangan pasokan pasca pertemuan 1 April 2021.