- Neraca pembayaran mencetak surplus USD 4.7 Myr pada Q4-22, berkat surplus neraca transaksi berjalan (NTB) sebesar USD 4.3 Myr, dan defisit tipis di neraca keuangan USD 0.5 Myr.
- Sepanjang 2022, surplus NTB mencapai 1.0% terhadap PDB, namun ini kemungkinan akan berbalik defisit di 2023 akibat penurunan harga batubara, kenaikan impor jasa, dan laju pembiayaan kepada konsumen dan UMKM yang masih sangat kuat.
- Defisit neraca keuangan menipis akibat pembelian obligasi pemerintah oleh asing, dan juga tekanan BI terhadap eksportir yang tidak memulangkan devisa hasil ekspor (DHE). Namun, aliran PMA aktual masih lebih lambat dari data realisasi PMA, sehingga kondisi likuiditas global dan aliran portfolio tetap berpengaruh besar terhadap stabilitas Rupiah.