- Pengetatan kebijakan moneter oleh the Fed telah membantu menekan inflasi, terutama pada komponen barang dan jasa. Namun, harga komoditas masih menjadi faktor-X mengingat ketatnya suplai energi global – walaupun di jangka pendek kombinasi USD yang masih kuat dan risiko perlambatan ekonomi cenderung akan menekan harga komoditas. Perlambatan laju inflasi dapat mendorong the Fed untuk menghentikan langkah pengetatan lebih dini.
- Prospek inflasi yang melandai dan resesi yang cenderung dangkal semakin didorong oleh rencana relaksasi aturan nol-COVID di Tiongkok yang memberi sentimen positif bagi pergerakan harga komoditas dan perekonomian Asia secara umum. Namun, perekonomian domestik Tiongkok juga belum sepenuhnya bebas dari masalah. Dengan demikian, Tiongkok masih akan bergantung pada ekspor untuk mencapai target pertumbuhan, mengindikasikan perlanjutan disinflasi komponen barang dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
- Pengetatan likuiditas USD dan penurunan harga aset tidak begitu mengancam stabilitas sektor keuangan AS. Namun, prospek ketidakstabilan sektor keuangan masih dapat terjadi, terutama pada sektor keuangan non-bank di AS dan pada perekonomian sistemik lain seperti Eropa dan Jepang. Dengan demikian, the Fed pada akhirnya akan perlu untuk kembali pada postur kebijakan yang lebih akomodatif guna menekan prospek ketidakstabilan sektor keuangan global.
- Risiko peningkatan volatilitas dapat menghambat upaya the Fed untuk memperhalus siklus perekonomian global. Dengan demikian, terdapat skenario alternatif (lebih buruk dari baseline) dimana perekonomian global dapat terdampak oleh: (1) stagflasi, atau (2) ayunan tajam antara inflasi tinggi dan resesi.