10 Mar 2023 | News & Features

Kolaborasi BCA dan Jaringan PRIMA untuk Melawan “Social Engineering”

Penipuan dengan modus social engineering (soceng) atau rekayasa sosial pada layanan jasa keuangan masih terus terjadi di masyarakat. Edukasi terkait hal ini perlu terus digencarkan agar masyarakat semakin cerdas, jumlah korban menurun, karena kepercayaan masyarakat adalah yang utama untuk bisnis perbankan.

Dalam upaya meningkatkan literasi masyarakat dalam menghadapi masalah tersebut, PT Rintis Sejahtera (Jaringan PRIMA) berkolaborasi dengan BCA menggelar acara diskusi bertema “PRIMA Talk: Tolak dengan Anggun Penipuan Online Bermodus Social Engineering”.

Digelar pada Rabu, 08 Maret 2023, di Senayan City, Jakarta, acara diskusi diikuti oleh peserta dari berbagai media nasional secara tatap muka.

Hadir dalam acara, Wani Sabu (Executive Vice President PT Bank Central Asia Tbk) dan Suryono Hidayat (Marketing Director PT Rintis Sejahtera) sebagai narasumber. Bertindak selaku moderator, Prof. Eko Indrajit, yang merupakan Rektor Universitas Pradita sekaligus Pakar Teknologi Informatika.

Tips Hadapi Social Engineering (Soceng)

Social engineering adalah upaya komunikasi yang dilakukan penipu untuk membujuk korban supaya mau melakukan sesuatu sesuai perintahnya.

Menurut Wani Sabu, modus-modus soceng yang kerap ditemui terutama di dunia perbankan, antara lain info perubahan tarif transfer, tawaran menjadi nasabah prioritas, iming-iming kenaikan limit kartu kredit, blokir transaksi mencurigakan, link penipuan atau file apk, sampai tawaran untuk membeli produk dengan harga miring.

“Saat menjalankan aksinya, penipu berpura-pura menjadi pegawai resmi untuk menyampaikan informasi kepada korban yang seolah-seolah sangat penting. Caranya beragam, mulai dari menelepon, mengirim pesan melalui grup WhatsApp, mengirim tautan dari media sosial dan email palsu. Ketika pelaku sudah merasa korban semakin percaya, mereka akan terus mendorong korban untuk mengisi link formulir berupa data pribadi, seperti PIN, OTP, dan password”.

Dari kanan ke kiri: Wani Sabu (Executive Vice President PT Bank Central Asia Tbk), Prof. Eko Indrajit (Rektor Universitas Pradita/Pakar Teknologi Informatika), dan Suryono Hidayat (Marketing Director PT Rintis Sejahtera). 

Beliau pun kemudian berbagi tips dan trik untuk menghadapi soceng.

  • Pertama, jangan pernah share data pribadi mulai nomor ATM, Kartu Kredit, CVV/CVC, nomor ponsel, PIN, Password, kepada siapa pun, dan jangan sembarangan share data kredensial seperti tempat dan tanggal lahir, nomor KTP, nama ibu kandung, dan lain-lain.
  • Kedua, tidak perlu mengangkat telepon dari nomor mencurigakan dan mengklik link apapun yang dikirimkan, khususnya yang menuju situs yang tidak menggunakan tanda gembok atau bukan “https”
  • Ketiga, hindari mudah tergiur pada tawaran jual-beli dari akun yang tidak jelas. Hal ini berdasar dari temuan data pengaduan nasabah BCA bahwa social engineering juga cukup sering terjadi dengan modus jual beli online berupa handphone, pakaian, dan tas branded dengan harga yang sangat murah.

Kolaborasi Edukasi untuk Membangun Trust dan Rasa Aman

Di tempat yang sama, Suryono Hidayat, menambahkan bahwa melawan social engineering juga perlu partisipasi aktif dari sisi lembaga keuangan dan perusahaan switching untuk membantu memberikan rasa aman kepada masyarakat pengguna layanan keuangan.

“Sebagai perusahaan switching yang menjembatani bank satu dan bank lain, juga antara bank dan sistem pembayaran, jaringan PRIMA membantu memberikan keamanan kepada bank dan sistem pembayaran. Karena itu, kami memiliki Fraud Detection System yang mampu memonitor dan memberikan alert jika ada kejadian-kejadian transaksi abnormal. Selain itu, Jaringan PRIMA juga menggencarkan sosialisasi serta edukasi pentingnya menjaga kerahasiaan data pribadi”

Sementara dari sisi BCA, menurut Wani Sabu, penguatan infrastruktur IT Security untuk memastikan data-data nasabah agar tidak di hack, menanamkan integritas anti fraud kepada setiap insan di BCA, aktif bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menemukan pelaku penipuan, serta terbuka dan terus melakukan edukasi kepada nasabah/publik adalah beberapa langkah BCA untuk melawan social engineering.

"Dulu jika ada kasus, tidak boleh diekspos, karena khawatir nasabah takut. Kini, budaya itu sudah berubah sebab nasabah ternyata memilih bank yang bertanggung jawab, terbuka (disclose) dalam melakukan sharing edukasi, press conference, rilis, mengakui jika terjadi sesuatu. Dari situlah kepercayaan (trust) nasabah akan terbentuk. Nasabah pun merasa aman dan nyaman menjadi keluarga besar BCA."

BCA ingin mengedukasi nasabahnya terkait anti-fraud untuk meningkatkan pengalaman perbankan mereka secara keseluruhan. BCA ingin nasabah merasa diperhatikan, yang akan meningkatkan loyalitas dalam jangka panjang. Ini sangat penting dalam industri perbankan dan keuangan di mana kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas menjadi pusatnya.

Di akhir acara Prof. Eko Indrajit menyimpulkan, social engineering pertama kali muncul dengan mama minta pulsa dan telah mengalami transformasi sampai saat ini. Penipu semakin pintar, maka kita pun mesti jauh lebih pintar.

Itulah alasan mengapa edukasi dan literasi terkait modus-modus penipuan online salah satunya seperti “PRIMA Talk: Tolak dengan Anggun Penipuan Online Bermodus Social Engineering” harus terus digencarkan.